- Dalam On Cosmopolitanism and Forgiveness, filsuf Jacques Derrida berpendapat bahwa sebuah maaf yang total semestinya mengandung kemampuan untuk memaafkan dosa-dosa "yang tak termaafkan". Ucapan tersebut sesungguhnya mengandung paradoks Bagaimana mungkin memaafkan sesuatu atau seseorang yang tidak bisa dimaafkan? Namun, seiring sejarah tergelar, nyatanya memang ada orang-orang yang memiliki dada lebih lapang untuk merelakan berbagai dosa masa silam yang telah melukai bebas dari kerangkeng penjara Victor Verster selama 27 tahun akibat politik apartheid, hal pertama yang dilakukan Nelson Mandela adalah memaafkan para sipir yang kerap menyiksanya. âMemaafkan memang tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi di masa lalu, namun akan melapangkan jalan di masa depan,â demikian kata memaafkan tersebut kelak diuraikannya kembali oleh Mandela ketika ia berbicara di hadapan lebih dari rakyat Afrika Selatan yang memenuhi stadion kriket di Durban. Ia memohon agar perang saudara yang menghabisi nyawa ribuan orang Afsel dihentikan. Agar rakyat kulit hitam Afsel yang selama ini telah menjadi korban politik pecah belah oleh pemerintah kulit putih dapat distop. Pidato Mandela tersebut menegaskan bahwa rasa dendam dan saling membenci sudah sepatutnya tidak punya ruang berkembang jika manusia mendambakan kehidupan demokrasi dan kesetaraan martabat. Tanpa kemampuan memaafkan, cita-cita itu mungkin tidak pernah kejadian. Dan itulah yang coba ditunjukkan sekaligus dianjurkan oleh Mandela. Kendati ia menderita habis-habisan saat di penjara di Pulau Robben sampai hari-hari terakhir di sel tahanan Victor Versterââbeban terdahsyat, penderitaan terdalam," ujarnyaâ, semua masa kelam tersebut ia buang jauh-jauh demi merakit persatuan, perdamaian, dan penghapusan diskriminasi demi rakyat Mandela wafat pada enam tahun silam, ia dikenang sebagai salah satu tokoh berpengaruh dalam isu kemanusiaan. Selain sebelumnya pernah mendapat penghargaan Nobel Perdamaian pada 1993, hari lahirnya, 18 Juli, juga ditetapkan sebagai Mandela Dayâ oleh Majelis Umum PBB. Hingga kini, sikap welas asih Mandela menjadi rujukan dalam penebaran pesan damai ke seluruh dunia, terutama dalam hal penyelesaian memang membutuhkan kekuatan lebih, sebagaimana yang juga diucapkan Gandhi dalam autobiografinya, All Men are Brothers "Mereka yang lemah tidak akan pernah mampu memaafkan. Hanya mereka yang tangguh yang dapat melakukannya." Ketangguhan tersebut pula yang ditunjukkan oleh orangtua Abdollah Hosseinzadeh, korban pembunuhan di tengah tawuran di jalanan kota Royan di Provinsi Mazandaran, Iran, pada 2014 lalu. Balal, nama pelaku pembunuhan tersebut, sejatinya telah berada di tiang gantungan demi mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, hanya beberapa saat sebelum eksekusi dilakukan, ibu Abdollah tiba-tiba menghampirinya, menampar pipinya keras-keras, lalu memaafkan orang yang telah membunuh anaknya itu. Sementara itu, ayah korban melepas jerat yang melilit lehernya. Sang ibu juga lantas memeluk Isna, ibu Balal, lalu menangis bersama. Jika sikap tersebut tidak terasa luar biasa, ingatlah bahwa sebelum Abdollah tewas, kedua orangtua itu juga telah ditinggal pergi putranya yang lebih muda bernama Amirhossein karena kecelakaan motor ketika usianya masih 11 tahun. Maka pada hari ketika mereka memaafkan pelaku pembunuhan anaknya, kedua orangtua tersebut sesungguhnya bukan sekadar melenyapkan dendam, tapi menjaga harapan suci di masa depan; semoga tak ada lagi anak lain yang menjadi Memaafkan Memaafkan adalah salah satu konsep sentral di tiap ajaran agama mana ajaran Buddha, misalnya, dikenal istilah kshama dalam bahasa Sansekerta atau khama dalam bahasa Pali, sebuah konsep pengampunan demi mencapai nirwanaâkondisi tertinggi dari welas asih dan kebijaksanaan yang ingin dicapai semua umat Buddha. Namun, tidak seperti layaknya agama-agama Abrahamik, umat Buddha tidak mencari atau menerima pengampunan dari âDewa yang Mahatahuâ sebagai dispensasi atas kesalahan yang telah diperbuat. Mendapat pengampunan bukanlah langkah menuju surga, dan/atau mencapai kehidupan kekal. Pengampunan adalah bagian dari praktik cinta kasih metta yang mencakup semua hal dalam diri Sang Buddha. Ditekankan pula betapa pentingnya rekonsiliasi dalam membangun harmoni di dunia, mengingat bahwa semua makhluk hidup saling terkait satu sama lain. Konsep pengampunan itu juga berkaitan dengan kepercayaan umat ââBuddha terhadap karma kammaâjuga dapat disebut sebagai Hukum Konsekuensi atau Hukum Karma. Menurut pemikiran Buddhis, ketika tubuh tempat pikiran saat ini mati, maka pikiran akan bergerak ke tubuh lain, ke kehidupan fisik lain. Tindakan di masa sekarang, baik dan buruk, akan memengaruhi situasi dan pengalaman kehidupan masa depan. Padmasambhava, seorang guru India yang membawa agama Buddha ke Tibet pada abad ke delapan, menulis, âJika Anda ingin mengetahui kehidupan masa lalu Anda, lihatlah kondisi Anda sekarang; Jika Anda ingin mengetahui kehidupan masa depan Anda, lihatlah tindakan Anda saat ini.â Siklus reinkarnasi akan berlanjut hingga pikiran tercerahkan dan mencapai tahapan nirwana. Sebab itulah, kesadaran akan hukum karma semestinya dapat membuat seseorang melakukan tindakan positif demi menghindari konsekuensi yang negatif. Sementara di dalam Hindu dikenal konsep Tat Twam Asi suatu ajaran yang menyatakan bahwa dia adalah aku, aku adalah mereka, dan mereka adalah dia. Semua makhluk yang hidup di dunia ini adalah saudara Vasudaiva Kuthumbakam, maka dari itu, perlakukanlah orang lain seperti halnya Anda ingin diperlakukan. Segala perbuatan pikiran, perkataan, tindakan yang dilakukan tentu saja tidak akan pernah lepas dari adanya hukum Karma Phala sebab akibat.Di dalam Veda, manusia juga ditekankan untuk berwiweka, yaitu dapat membedakan baik, buruk, serta menjadi manusia yang pemaaf, dan hidup dengan saling cinta kasih terhadap sesama. Sebagaimana disebutkan di dalam Bhagavadgita XII Advesta sava bhutanam, maitrah karuna evaca Nirmamo niraham karah, sama dukha-sukha ksmi. Artinya dia yang tidak membenci segala makhluk, bersahabat, cinta kasih, bebas dari keakuan dan keangkuhan, dan sama dalam suka maupun duka dan pemberi maaf. Infografik memaafkan dalam tiap agamaKetika berada di penyaliban dalam keadaan sekarat dan tubuh terkoyak berlumur darah, Yesus Kristus masih sempat memanjatkan doa kepada Tuhan agar Dia mengampuni segala orang yang terlibat dalam penyiksaannya. âYa Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuatâ Lukas 2334. Doa Pengampunan tersebut merupakan yang pertama di antara ketujuh sabdanya yang terakhir di kayu salib. Pengampunan Yesus terhadap yang menganiayanya itu menunjukkan betapa besar kasihnya kepada umat manusia. Kendatipun ia amat menderita di atas kayu salib dan dalam penantian akan maut dengan kondisi yang memalukan, Yesus tidak melontarkan secuil pun kata-kata makian, hujatan, atau hasrat balas dendam terhadap mereka yang menghabisinya. Sebaliknya, ia justru mendoakan orang-orang itu agar Tuhan memberikan pengampunan kepada ajaran Yahudi, terdapat hari paling kudus untuk mencari pengampunan yang wajib dirayakan tiap tahun Yom Kippur atau âHari Raya Pendamaianâ. Perayaan tersebut memiliki nilai profetik mengenai kedatangan Mesias yang kedua kali, restorasi nasional Israel, dan penghakiman terakhir atas dunia. Yom Kippur menandai titik puncak periode sepuluh hari pertobatan yang dinamai âHari-hari yang Diagungkanâ atau Yamim Noraâim. Menurut rabbi-rabbi besar tradisi Yahudi, pada Rosh Hashanahâhari Sabat pertama pada saat penciptaan duniaânasib orang-orang benar, tsaddikim, dituliskan dalam Kitab Kehidupan, dan nasib orang-orang jahat, reshaâim, dituliskan dalam Kitab Kematian. Namun, karena sebagian besar manusia tidak akan dituliskan dalam salah satu kitab itu, maka mereka diberikan waktu sepuluh hari untuk bertobat. Sebab itulah kemudian muncul istilah Teshuvah âHari Pertaubatanâ. Adapun di ajaran Islam, konsep memaafkan juga menjadi poin sentral yang kerap disebutkan dalam Alquran. Islam memahami betapa manusia adalah tempat bersemayamnya kesalahan. Sebab itu, Islam mengajarkan untuk menjadi pribadi yang pemaaf, bukan pendendam. Allah memerintahkan kepada umat-Nya untuk membalas setiap keburukan dan kesalahan orang lain dengan kebaikan Fussilat 34-35. Memaafkan merupakan salah satu karakter orang bertakwa yang Allah janjikan balasan berupa ampunan dan surga Ali Imran 134. Kisah mengenai sahabat terdekat Rasulullah SAW, Abu Bakar As-Shiddiq RA, dapat menjadi contoh terbaik mengenai konsep memaafkan. Abu Bakar As-Shiddiq RA sempat bersumpah tidak akan memaafkan kesalahan Misthah bin Utsatsah dan bertekad tidak akan memberikan nafkah kepada sepupunya itu selamanya karena dianggap telah menyebarkan berita bohong dan menuduh putri tercintanya, Aisyah, berbuat zina dengan lelaki lain. Allah kemudian menegur sikap Abu Bakar yang tidak mau memaafkan itu melalui turunnya surat An-Nur ayat 22. Sejarah juga telah mencatat betapa Rasulullah SAW berulang kali menerima hinaan, siksaan, percobaan pembunuhan, pengkhianatan, dan serangkaian perilaku buruk lainnya dari kaum kafir. Namun, Rasulullah sama sekali tidak menyimpan dendam dan justru membalasnya dengan kebaikan dan memaafkan semua kesalahan yang pernah dilakukan orang lain kepadanya. Jika Allah saja Maha Pengampun dan Maha Menerima taubat hamba-Nya, jika Rasulullah juga telah menunjukkan perilaku suci dalam memaafkan para musuhnya, lalu elokkah jika manusia biasa enggan membukakan pintu maaf untuk orang lain? - Sosial Budaya Penulis Eddward S KennedyEditor Nurul Qomariyah Pramisti
Lukas 2334 Salah satu soal dalam kehidupan yang paling berat dilakukan oleh orang Kristen kepada sesamanya adalah mengampuni/memaafkan sesama yang berbuat jahat kepada kita. Apalagi yang dimaafkan itu adalah orang yang kita tidak kenal. Itu tidak ada pengampunan. Kita akan berkata, âkau siapa saya siapa? Tidak ada hubungan darah.â Atau yang dimaafkan itu orang yang statusnya lebih rendah seperti adik, anak dll. Dan kita akan berkata, âkau anak kecil, saya mau pergi minta maaf di kau.â Atau orang yang status ekonomi lebih rendah orang miskin. Kita akan berkata, âdasar orang miskin, kau ada apa juga sehingga saya harus pergi minta maaf atau memaafkan kau.â Itulah salah satu sifat manusia, susah memaafkan orang lain tetapi mengharapkan orang lain bisa memaafkan. Sebenarnya ada cara agar kita bisa memaafkan, atau jangan membenci orang berlarut-larut. Caranya ialah kita mendoakan orang yang menyakiti hati kita. Dan sering formulasi doa kita kepada orang yang berbuat jahat kepada kita seperti ini âya Tuhan, sadarkanlah dia, Tuhan, pemabalasan itu adalah hak Mu dstâŚâŚâŚAmin.â Tetapi kita tidak pernah berdoa âya Tuhan, mampukan saya untuk mengasihi dia, saya sangat mengasihi dstâŚ.Amin.â Coba kalau bapak, mama dan saudara/i, ada orang menyakiti hati kita dan mendoakannya seperti formulasi doa yang kedua. Percaya bahwa Tuhan akan memberi kita hati yang mengampuni, dan perasaan kasih sayang akan timbul dalam hati kita. Kita perhatikan doa Yesus kepada orang yang berbuat jahat kepada-Nya. Dia disiksa, diolok, diludahi bahkan sampai disalibkan. Terhadap orang-orang yang melakukan kejahatan kepada-Nya, Ia berdoa âYa Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.â Ia tidak pernah berdoa kepada Bapa-Nya untuk menyadarkan atau membalas orang-orang yang berbuat jahat kepada-Nya. Melainkan doa-Nya penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Maka dengan demikian ada beberapa pokok yang menjadi refleksi Pertama Doa Yesus ini adalah doa yang penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Ia berdoa karena Ia sangat mengasihi orang-orang yang menganiaya-Nya. Yesus tidak menaruh dendam kepada mereka, Ia menghendaki supaya orang-orang yang berbuat jahat kepada Dia itu diselamatkan. Tujuan dari pada Ia digantung di salib adalah untuk menebus dosa manusia, menggantikan manusia yang sebenarnya memperoleh hukuman itu. Yesus rela disiksa dan digantung di kayu salib karena kasih-Nya kepada manusia. Kejahatan tidak perlu dibalas dengan kejahatan tetapi dibalas dengan pengampunan agar orang-orang yang berbuat jahat itu bertobat. Berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita agar mereka diselamatkan. Kunci untuk mengalahkan kejahatan itu ialah kebaikan. Ada sebuah cerita nyata beberapa tahun yang lalu, di tempat kos saya. Ada beberapa teman yang minum sopi sampai mabok, sehingga setiap orang mau lewat di jalan ditahan, lalu mereka meminta uang, kalau tidak diberi maka barang-barang bawaan disita. Siapa saja yang lewat pasti ditahan baik itu anak kecil, orang muda maupun orang tua, yang berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan bermotor. Tiba-tiba ada seorang bapak yang mau lewat, bapak ini mengendarai kendaraan bermotor dan muat beberapa dos air mineral aqua. Kemudian Bapak ini ditahan lalu mereka meminta uang. Bapak itu berkata bahwa ia tidak mempunyai uang, tetapi mereka memaksa harus diberi uang baru bisa lewat. Bapak ini sampai bersumpah bahwa ia tidak mempunyai uang. Kemudia teman-teman yang mabok ambil dos di atas motor berisi air mineral itu lalu banting. Semua gelas aqua di dalam pecah. Bapak ini tidak melawan, dan dia hanya berkata âTuhan yang tau, dan Tuhan kasihanilah mereka.â Lalu bapak itu diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanannya. Menjelang malam, tema-teman yang mabok mulai sadar, mereka duduk dan berbincang-bincang tentang bapak yang dos aquanya dibanting. Mereka sangat heran, kenapa bapak itu tidak melawan, melainkan ia berkata Tuhan yang tau, dan Tuhan kasihanilah mereka. Kalimat yang diucapkan bapak itu menjadi bahan perenungan bagi tema-tema yang biasa minum mabok. Mulai dari peristiwa itu, mereka mulai mengurangi minum mabok, dan perlahan-lahan mereka berhenti minum mabok sampai saat ini. Itulah yang dimaksud mengampuni agar mereka diselamatkan. Paulus mengatkan bahwa ketika kita kalahkan kejahatan dengan kebaikan maka seperti kita menumpukan bara api di atas kepalanya Rom. 1220. Membalas kejahatan dengan kebaikan berarti sedang berjuang untuk mengalahkan kejahatan. Bukan hari ini kita mengampuni, kemudian mencari kesempatan untuk membalas. Orang yang mengampuni lalu menunggu waktu yang tepat untuk membalas adalah orang yang bermuka topeng. MUNAFIK, muka nabi pikiran kotor. Kasih selalu memberi inisiatif dan memberi solusi, ia tidak membuat perhitungan mengenai resiko yang ia terima, tetapi memperhitungkan secara serius keselamatan dan kebahagiaan orang lain sekalipun tidak ada jasa yang ia terima. Kasih itulah yang dilakukan Yesus Kristus di atas kayu salib. Kedua, ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tau apa yang mereka perbuat, bukan tau tetapi sengaja tidak tau atau malas tau. Orang melakukan kejahatan tetapi sengaja tidak tau misalnya mencuri, korupsi makan uang rakyat, membunuh dan memfitnah tetapi tidak tau bahwa ia melakukan kejahatan. Aneh juga ya!!. Kalau ditanya oleh Majelis Hakim di Pengadilan apa saudara/i saksi mengenal si ini atau bertemu dengan si itu di tempat itu? Jawabannya tidak tau/kenal yang mulia. Jawaban seperti ini kebanyakan disengajakan, sengaja tidak tau agar ada keringanan hukuman yang akan diterima. Pengampunan itu berlaku bagi mereka yang melakukan kejahatan namun tidak tau bahwa mereka melakukan kejahatan. Dalam teks bacaan ini mereka memang tidak tahu bahwa yang mereka salibkan itu adalah anak Allah, yang lewat penyaliban itu dosa manusia disalibkan di atas kayu salib. Dosa manusia sendiri dan aib manusia sendiri yang disalib. Paulus berkata karena kita tahu bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa Rom. 66. Bagi Paulus yang turut disalibkan itu adalah dosa umat manusia. Kalau memang demikian, semestinya manusia harus merasa malu karena dosa dan aib terpamer di atas bukit Golgota, untuk menjadi tontonan bagi banyak orang. Dalam Lukas 23 ayat 35 berkata orang banyak berdiri di situ dan melihat semuannya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya âorang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang pilihan Allah.â Sebenarnya penyaliban Yesus di atas kayu salib itu adalah Allah memamerkan dosa manusia, agar manusia melihat kepada salib di atas bukit Golgota lalu menyesal dan bertobat. Zaman sekarang orang berbuat dosa tidak sembunyi-sembunyi, misalnya berciuman, berhubungan badan seks lalu dimuat di jejaring sosial untuk ditonton. Korupsi, uang yang dipakai untuk beli kitab suci saja dicuri, dll. Dalam gereja pendeta, penatua dan diaken berkelahi karena uang kolekte lalu dipublikasikan kepada jemaat. Ada keluarga tertentu yang anak mengeluarkan kata-kata kotor senang. Jangan senang ketika orang berbuat dosa, jangan tertawa orang berbuat salah, melainkan menyesallah. Bertobatlah. Bertobat artinya berbalik memandang kepada salib Yesus dan menyesalah akan dosa-dosa yang telah diperbuat. Allah mengasihi orang berdosa tetapi membenci dosa. Ketiga, lebih baik tau daripada tidak tau. Manusia harus tau bahwa Yesus yang disalibkan itu karena dosa umat manusia. Sebelum kita memasuki paskah, gereja menetapkan tujuh minggu yang disebut minggu-minggu sengsara. Tujuan gereja menetapkan tujuh minggu itu untuk manusia berefleksi. Point refleksi yang pertama, ialah bahwa memasuki minggu-minggu sengsara pertanda bahwa masih ada pengampunan bagi dosa-dosa umat manusia. Darah Yesus Kristus di atas kayu salib masih berlaku untuk umat manusia yang datang kepada-Nya dengan penyesalan yang sungguh-sungguh. Kedua, jangan kita menertawai dosa, menertawai kesalahan atau kelemahan orang lain atau bangga karena kita berbuat jahat jadi orang semua takut dengan kita, tetapi marilah saling menegur dan menasehati dengan kasih sayang dan pengampunan Kristus. Ketiga, marilah saling memaafkan/mengampuni, melihat kembali relasi kita dengan sesama, alam sekitar kita. Kalau ada permusuhan segeralah saling mengampuni dan berdamai. Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus âTuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudara jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?â Yesus berkata kepadanya âbukan! Tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali Mat. 1822. Salib Yesus di atas bukit Golgota itu untuk mendamaikan manusia dengan Bapa-Nya di sorga. Berani berkorban demi kedamaian dan keselamatan. Perkataan Pertama Tuhan Yesus di atas kayu salib Selamat Memasuki Minggu-minggu Sengsara Tuhan Yesus yang Pertama Pdt. Fransiskus Seran Nahak Pelayan di jemaat Besnam Klasis Amanuban Timur
Yesus berkata: ' Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.â (Yoh 23: 34) Dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan besar dan masyhur di seluruh negeri. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang sangat mulia dan agung di seluruh dunia. Sang Raja mempunyai Perdana Menteri yang sangat dipercaya di seluruh kerajaan.