rupa Pada setiap sebilah keris mempunyai bentuk rupa yang menyatakan asal usul dari wlayah Melayu mana ia diperbuat. Setiap bentuk rupa keris itu membawa martabat tertentu dan fungsinya tersendiri. Maka setiap sebilah keris adalah tetap sebilah keris walaupun peranannya berbeza-beza. Ada keris Istiadat, ada keris Kuasa, ada keris Hukum, ada

Pamor Melati - Pamor Melati Rinonce adalah salah satu pamor Keris yang cukup populer dan banyak dicari oleh para penggemar dan kolektor Tosan termasuk pamor yang langka dan istimewa, Keris berpamor Melati Rinonce juga dipercaya memiliki tuah yang ampuh untuk menambah kharisma, memperluas pergaulan serta memudahkan pemiliknya dalam mencari rejeki dan mengumpulkan kekayaan. Motif pamor Melati Rinonce atau ada juga yang menyebutnya pamor Melati Rinenteng mirip dengan kelopak bunga melati yang diuntai dengan seytas berupa bulatan-bulatan berlapis yang berderet disepanjang bilah Keris mulai dari pangkal sampai ujung bilah Keris. Motif bulatan-bulatan tersebut dihubungkan dengan garis pamor yang menyerupai benang. Keris dengan pamor Melati Rinonce dipercaya memiliki tuah ampuh untuk memudahkan mencari jalan rejeki, mendatangkan kekayaan, menghilangkan kesialan, melancarkan segala urusan, memudahkan tercapainya cita-cita serta dapat menyeimbangkan potensi tubuh, pikiran dan Keris berpamor Melati Rinonce diyakini dapat menjadikan pemiliknya lebih berkharisma dan menjadi pribadi yang menyenangkan, sehingga akan disukai oleh orang-orang begitu, lingkup pergaulannya akan menjadi semakin luas dan semakin banyak peluang yang datang, sehingga rejeki juga akan semakin bertambah. Intinya, dengan sikap dan tingkah laku yang baik serta pandai membawa diri dalam pergaulan akan membuat orang lain menaruh simpati dan kepercayaan. Dan dari kepercayaan itulah kita bisa mendapatkan hal-hal yang lebih besar. Keris dengan pamor Melati Rinonce juga tidak pemilih. Artinya, siapa saja bisa cocok memiliki Keris dengan pamor istimewa ini. Melati Rinonce adalah bunga melati yang di untai atau di ronce dengan seutas benang dan biasanya digunakan sebagai hiasan atau aksesoris rambut untuk pengantin wanita dalam tradisi pernikahan Melati Rinonce memiliki makna sebagai pesan tersirat agar pemiliknya mampu menghiasi dirinya dengan hal-hal yang baik dan bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, bagi orang lain dan bagi begitu maka dia akan menjadi orang yang mulia dan memiliki nama baik harum di masyarakat yang disimbolkan dengan bunga melati melambangkan perilaku yang baik, ketulusan hati, kemuliaan, keanggunan dan melati putih juga melambangkan keindahan dalam kesederhanaan dan kerendahan hati, karena meskipun kecil dan sederhana tapi mampu menyebarkan keharuman ke segala penjuru. Artinya, untuk menjadi orang yang mulia tidak harus melakukan hal-hal yang juga bisa dimaknai "medal soko lati", atau "keluar dari lidah". Maknanya, apa yang kita ucapkan semestinya adalah sesuatu yang baik. Karena ucapan bisa membawa kebaikan maupun keburukan tergantung dari apa yang di ucapkan. Demikian sedikit informasi tentang tuah dan keistimewaan pamor Keris Melati Rinonce yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar benda-benda pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit bermanfaatTerima kasihTonton juga videonyaVideo YouTube - Harta Langit Channel

BeliKeris Melati Ronce terlengkap harga murah November 2021 di Tokopedia! ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Kurir Instan ∙ Bebas Ongkir ∙ Cicilan 0%.

Ronce melati adalah rangkaian bunga melati yang biasa dipakai sebagai hiasan atau aksesori pengantin, terutama di bagian rambut. Hiasan bunga melati ini juga sering digunakan saat acara nujuh bulanan atau siraman. Ronce bunga melati digunakan oleh pengantin perempuan maupun pengantin pria. Ketika mereka mengenakan busana pengantin adat, rangkaian bunga melati ini biasanya disematkan sebagai hiasan kepala, kalung, keris atau senjata tradisional. Artikel terkait Indah dan Elegan, Inilah Makna Hiasan Kepala Pengantin Jawa Makna Bunga Melati Kebanyakan pengantin adat yang menggunakan ronce melati adalah dari adat Jawa. Bukan tanpa makna pengantin disematkan hiasan bunga melati ini. Secara umum, bunga melati melambangkan kesucian. Karenanya bunga dengan kelopak warna putih ini sering terlihat pada upacara-upacara penuh makna, termasuk pernikahan adat di Jawa dan Sunda. Saat dikenakan oleh pengantin, bunga melati melambangkan harapan semoga pernikahan yang akan dibina diawali dengan kesucian jiwa dan raga pengantin. Diharapkan pula, rumah tangga yang dibina senantiasa disertai dengan cinta yang suci dan senantiasa harum’ layaknya bunga melati. Ronce Melati untuk Pengantin Sunda Sumber Instagram jakia_wedding Rangkaian bunga melati yang dikenakan oleh pengantin Sunda terdiri dari 9 jenis dimana masing-masing memiliki makna fisolofis tersendiri. Berikut ini penjelasannya seperti dirangkum dari 1. Mayang Sari dan Mangle Susun Sumber Instagram edomelaticilacap Rangkaian bunga melati di belakang telinga sebelah kiri disebut Mayang Sari. Bunga mayang sari mendeskripsikan harapan kelak tidak akan ada perselisihan antara suami & istri. Sedangkan di belakang telinga sebelah kanan menjuntai rangkaian bunga panjang sampai pinggang. Ronce ini disebut Mangle Susun. Mangle Susun dibuat panjang menjuntai melambangkan rencana pekerjaan rumah tangga telah disusun dengan rapi. Artikel terkait 12 Gaun Pengantin Termahal di Dunia, Harganya Capai Ratusan Miliar 2. Ronce Melati Bawang Sebungkul Rangkaian melati yang panjang dipasang di belakang telinga kanan dan kiri menjuntai hingga ke pinggang dikenal Ronce Bawang Sebungkul. Panjang yang sama dalam pemasangan ronce bawang sebungkul menggambarkan keseimbangan dalam hidup. 3. Mangle Sisir Sumber Instagram edomelaticilacap Hiasan bunga berbentuk bintang dipasang di kanan dan kiri sanggul, dikenal dengan sebutan Mangle Sisir Bintang. Mangle sisir bintang merupakan simbol harapan, sepertinya indahnya malam yang bercahaya di tengah kegelapan. 4. Ronce Melati Mangle Pasung Sumber Instagram roncemelatipringsewu Pada sekeliling sanggul bagian atas dipasang hiasan bunga membentuk setengah lingkaran dari telinga kiri ke telinga kanan sebanyak 5 atau 7 buah yang dikenal dengan Mangle Pasung. 5. Pinti Ronce bunga melati yang dipasang di sekeliling sanggul sebagai dasar mangle pasung seperti bando disebut Pinti. Pinti merupakan gambaran kesucian seorang gadis. 6. Panetep Bunga Di bagian tengah ada susunan bunga yang berbentuk bulat yang disebut dengan Panetep Bunga. Susunan bunga ini menggambarkan ketepatan dalam memutuskan sesuatu. 7. Tutup Sanggul Rambang Melati Sumber Instagram lutgabby Untaian melati untuk menutupi sanggul yang berbentuk jala disebut Tutup Sanggul Rambang Melati. Tutup sanggul rambang melati memiliki makna seorang perempuan diharapkan pandai menabung untuk masa depan. Artikel terkait Tata Cara Siraman Pengantin Jawa, Ritualnya Penuh Makna Mendalam 8. Taburan Melati Kuntum-kuntum melati yang ditaburkan di atas sanggul dan kepala pengantin Sunda sebanyak 5 atau 17 bunga dikenal dengan sebutan Taburan Melati. Taburan melati sebanyak 5 buah sebagai simbol salat 5 waktu, sedangkan sebanyak 17 sebagai lambang jumlah rakaat salat yang harus dilaksanakan setiap hari. Ronce Bunga Melati sebagai Stimulus Malam Pertama Sumber Instagram roncemelati_mbakus Ronce bunga melati tak hanya terlihat indah dari segi visual, tetapi juga menebarkan aroma harum semerbak. Rupanya di balik aroma wangi itu, ada manfaat yang bersifat sebagai terapi. Situs Healthline menyebutkan, aroma bunga melati – baik yang berasal dari ekstrak melati, minyak melati, maupun langsung dari bunganya, merupakan salah satu aroma terapi aprodisiak yang bermanfaat meningkatkan gairah seksual. Salah satu penelitian menunjukkan, menghirup aroma melati atau menggunakan minyak melati tersebut untuk memijat dapat meningkatkan suasana hati dan perasaan romantis. Efek stimulasi dari aroma melati dapat membuat seseorang lebih sensitif terhadap isyarat seksual karena meningkatkan aliran darah ke organ reproduksi. Baca juga Demi konsep pernikahan, calon pengantin ini tega menyuruh bridesmaid-nya aborsi Tangis Pilu Pengantin di Hari Pernikahan, Mempelai Prianya Kabur untuk Daftar TNI Pengantin pria ditembak dalam iringan pernikahan, ia tetap lanjutkan ritual Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android. KerisPamor Keris Melati Rinonce mengandung tuah alami yang berasal dari bahan besi tua dan pamor yang tergurat pada bilah keris. Pancaran energi Keris Pamor Keris Melati Rinonce sangat kuat dan aman untuk siapa saja. Tidak ada khodam dalam bentuk makhluk ghaib yang diisikan pada Keris Pamor Keris Melati Rinonce ini. Nama Pusaka Keris Melati Rinonce Dapur / Bentuk Tilam Upih Pamor / Lambang / Filosofi Melati Rinonce Tangguh / Era Pembuatan / Estimasi Kerajaan Mataram Tahun Pembuatan Abad 14-16 Model Bilah Pusaka Lurus Panjang Bilah-Pesi Keris 35,3 CM Panjang Seluruh Keris 42,5 CM Asal Usul Pusaka Temuan di Petilasan Warangka Warangka Gayaman Surakarta, Pendok Ukir Kuno Bernilai Tinggi Garansi Kami Pusaka Dijamin Kuno / Sepuh. Yoni / Tuah / Khasiat MELATI RINONCE. Bentuknya mirip pamor Rante tetapi umumnya bulatannya lebih kecil dan tidak berlubang. Bulatan itu berupa pusaran pusaran mirip dengan pamor Udan Mas tetapi agak lebih besar sedikit. Tuahnya mencari jalan rejeki dan menumpuk kekayaan, rejeki berlimpah, mudah mencari rejeki, kelancaran rejeki berbagai bidang, untuk pergaulan juga baik, pamor ini tidak memilih dan bisa digunakan siapa saja. Keterangan Tambahan Untuk Keris Kuno Pamor Melati Rinonce tergolong Langka. Hubungi Kami di BlackBerry 2B1 88008 Phone +6285 2939 88885 Sms +6285 2939 88885 WhatsApp +6285 2939 88885 Line pusakadunia WeChat pusakadunia Instagram pusakadunia AsalUsul Batik. Ditinjau dari sejarah, asal usul batik bermula sejak abad ke-17 Masehi. Pada masa itu, corak batik ditulis-lukiskan pada daun lotar dan papan rumah adat Jawa. Awalnya, pola atau motif batik hanya didominasi oleh gambar tanaman atau binatang. Para pengrajin corak batik juga masih sangat terbatas jumlahnya. Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Siapa yg menyangka dibalik sembulan perbukitan kapur pantai selatan Jawa ini terbilang ada sekitar 400 an gua purba, tentunya dengan kekhasan masing masing. Beberapa diantaranya memang sahih sahih eksotis & sebagai objek wisata alam dengan minat spesifik. Malahan ada beberapa dalam antaranya yg sekaligus maupun dimanfaatkan buat menyalurkan hobi […] Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Dalam pergaulan sehari-hari ucapan terimakasih menjadi kebiasaan mulia yang ditanamkan sejak kita mini. Barang tentu beserta berbagai cara dan bahasa. Nah, pada kesempatan sehari menjelang lebaran ini saya akan ajak sampeyan untuk menelaah penggunaan ucapan sebagai pernyataan terimakasih versi bahasa Jawa ini. Kata yang sering kita dengar dan ucapkan […] Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Salah satu tema utama di perkerisan ini ialah perihal spiritual. Namun aku miris atas asumsi sebagian kita dengan kata satu ini. Dalam beberapa lembaga diskusi komunitas spiritual yang aku ikuti ternyata sebagian akbar menginteprstasikan kata spiritual ini secara serampangan. Ya, sebagian akbar mengidentikkan kata spiritual itu sebagai klenik. Secara […] Dunia Keris Selamat datang kerabat perkerisan. Membincang tatar Sunda Jawa Barat terdapat satu nama yang tidak bisa dilepaskan dari nama satu ini, Siliwangi. Benar? Ya, memang begitulah adanya. Bahkan, apabila kisanak melintas tapal batas Jawa Barat & Jawa Tegah di jalur selatan, tugu selamat datangnya memakai terperinci memberi satu ilustrasi mengenai hal ini. Siliwangi artinya […] Dunia Keris Selamat tiba kerabat perkerisan. Tulisan ini sebenarnya ialah sebentuk permenungan pribadi, namun demikian timbul korelasinya memakai tulisan sebelumnya, Mengenal Imu Sejati [1] & Mengenal Ilmu Sejati [2]. Tulisan ini sekaligus merupakan jawaban atas beberapa email yang masuk yang kurang lebihnya menanyakan, Siapa toh sebenarnya Guru Sejati itu? Bicara mengenai Guru Sejati, selain yang […] Dunia Keris Sugeng rawuh kadang kinasih perkerisan. Jawa, memang bukan pulau terbesar di negeri ini. Namun orang Jawa ialah mayoritas di Indonesia ini, berdasarkan bulek wiki pedia tak kurang dari 45% dari total penduduk negeri ini ialah orang Jawa. Nah, mirip janji saya sebelumnya buat mengulas asal-usul suku Jawa, kesempatan kali ini saya akan mengulasnya […] Dunia Keris Selamat tiba kerabat perkerisan. Seperti pada goresan pena tapak tilas di perkerisan ini, beberapa tahun yang kemudian saya berkesempatan ke Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Seperti ada dorongan batiniah yang bertenaga saya buat menziarahi Makam Kelambu Kuning, selengkapnya baca DISINI. Yang paling saya ingat ketika itu, jembatan yang menhubungkan Tenggarong & Samarinda belum […] Dunia Keris assalamualaikum, selamat pagi kadang kinasih perkerisan. Seperti dalam tajug diatas, topik yang akan kita bahas ini sengaja saya nukilkan berasal kitab Sasangka Djati. Kitab Sasangka Djati ialah sebuah buku bertahun 1932 karya R. Soenarto Mertowardojo yang bertalian erat dengan pandangannya terhadap dunia materil. Dalam kita Sasangka Djati disebutkan, Hubungan antara laki-laki dan perempuan […] Dunia Keris Sumpah pocong yang konon merupakan tradisi rakyat pedesaan ialah sumpah yang dilakukan sang seseorang menggunakan syarat terbalut kain kafan layaknya orang yang telah mangkat. Sumpah ini sering dipraktekkan menggunakan tata cara yang berbeda, misalnya pelaku sumpah tidak dipocongi tapi hanya dikerudungi kain kafan menggunakan posisi duduk. Sumpah pocong umumnya dilakukan sang pemeluk agama […] Perbatasan RI – PNG Dunia Keris – Kunjungan kali keempat ke Jayapura selain menyisakan rangkaian foto yg membisu tak bergeming jua ada kesan tersendiri berdasarkan beberapa kali kunjungan sebelumnya. Meski nir seluruhnya, sedikit poly saya ingin menggambarkan kumpulan foto-foto membisu ini menjadi sebuah goresan pena yg mungkin akan menyampaikan citra bagi kerabat perkerisan yg ingin […] Belikeris brojol pamor melati ronce. Harga Murah di Lapak pusaka alam. Pengiriman cepat Pembayaran 100% aman. Belanja Sekarang Juga Hanya di Bukalapak.

KERIS adalah senjata tradisional khas Indonesia yang dalam perkembangannya budaya keris mengikuti perjalanan sejarah dan kini budaya ini telah tersebar hingga ke negara-negara lain. Selain Indonesia, negara yang kini memiliki budaya ini adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand dan Di Pulau Jawa, keris digolongkan sebagai salah satu cabang budaya tosan aji. Selain itu, karena budaya tosan aji memang bermula dan Pulau Jawa, banyak istilah perkerisan dari daerah ini yang juga digunakan di daerah-daerah lainnya. Di Pulau Jawa, juga disebut curiga, duwung, atau wangkingan. Di Pulau Bali, senjata itu disebut kadutan atau kedutan. Di daerah lain, sebutan lain di antaranya adalah tappi, selle, gayang, kres, kris atau karieh. Budaya ini sudah dikenal oleh orang Barat setidaknya sejak abad ke-17. Catatan tertua mengenai ada-nya keris di Inggris menyebutkan bahwa pada tahun 1637, sudah dimiliki oleh seorang kolektor. Sedangkan Museum Denmark mengkoleksi keris sejak tahun 1647. Istilah keris, selain nama padanannya yang lain, digunakan oleh semua suku bangsa di Indonesia. Istilah ini bahkan juga dipakai oleh orang Brunei dan Malaysia, tetapi sebagian orang Barat ada yang masih ragu untuk memilih penggunaan kata dan ejaan keris atau kris atau kriss. Edward Frey penulis buku The Kris, Mystic Weapon of the Malay World dalam kata pengantar bukunya mengemukakan bahwa is tidak menemukan alasan untuk mengganti penulisan ejaan “kris”, yang sudah digunakan lebih 150 tahun oleh para peneliti Barat. Disebutkan pula beberapa contoh penulis Barat yang menggunakan istilah keris, di antaranya Raffles yang memakai istilah kris sejak tahun 1817; Wallace sejak 1869; McNair sejak 1882, Groneman sejak 1910, dan sederet penulis dan peneliti Barat lainnya Penulis Barat yang menggunakan istilah kriss, juga ada, di antaranya adalah Forbes 1885; Huyser 1918; dan Buttin 1933. Sedangkan yang masih menggunakan istilah “keris”, di antaranya adalah Wolley, Hill, Gardner, dan juga Garret & Bronwen Solyom. merupakan hasil seni tempa, yang bahan-bahannya harus terdiri dari sedikitnya dua jenis logam, tetapi yang baik dibuat dari tiga jenis logam, yaitu besi, bahan pamor, dan baja. Dengan demikian, sebuah benda yang dibuat dengan cara dicor atau dicetak tidak digolongkan sebagai keris, walaupun bentuknya persis. Selain itu, harus selalu condong ke depan, tunduk. Sebuah benda yang tegak dan lurus seperti be-lati, tidak bisa dianggap sebagai keris. Asal usul keris tosan aji dan senjata tradisional lainnya menjadi khasanah budaya Indonesia, tentunya setelah nenek moyang kita mengenal besi. Berbagai bangunan candi batu yang dibangun pada zaman sebelum abad ke-10 membuktikan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itu telah mengenal peralatan besi yang cukup bagus, sehingga mereka dapat menciptakan karya seni pahat yang bernilai tinggi. Namun apakah ketika itu bangsa Indonesia mengenal budaya keris sebagaimana yang kita kenal sekarang, para ahli baru dapat meraba-raba. Gambar timbul relief paling kuno yang memperlihatkan peralatan besi terdapat pada prasasti batu yang ditemukan di Desa Dakuwu, di daerah Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Melihat bentuk tuhsannya, diperkirakan prasasti tersebut dibuat pada sekitar tahun 500 Masehi. Huruf yang digunakan, huruf Pallawa. Bahasa yang dipakai ada-lah bahasa Sanskerta. Prasasti itu menyebutkan tentang adanya sebuah mata air yang bersih dan jernih. Di atas tulisan prasasti itu ada beberapa gambar, di antaranya trisula, kapak, sabit kudi, dan belati atau pisau yang bentuknya amat mirip dengan buatan Nyi Sombro, seorang empu wanita dari zaman Pajajaran. Ada pula terlukis kendi, kalasangka, dan bunga teratai. Kendi, dalam filosofi Jawa Kuno adalah lambang ilmu pengetahuan, kalasangka melambangkan keabadian,m sedangkan bunga teratai lambang harmoni dengan alam. Sudah banyak ahli kebudayaan yang membahas tentang sejarah keberadaan dan perkembangan tosan aji . GARDNER pada tahun 1936 pernah berteori bahwa keris adalah perkembangan bentuk dari senjata tikam zaman prasejarah, yaitu tulang ekor atau sengatikan pan dihilangkan pangkalnya, kemudian dibalut dengan kain pada tangkainya. Dengan begitu senjata itu dapat di-genggam dan dibawa-bawa. Maka jadilah sebuah senjata tikam yang berbahaya, menurut ukuran kala itu. Sementara itu GRIFFITH WILKENS pada tahun 1937 berpendapat bahwa budaya itu baru timbul pada abad ke-14 dan ke-15. Katanya, bentuk keris merupakan pertumbuhan dari bentuk tombak yang banyak digunakan oleh bangsa-bangsa yang mendiami kepulauan antara Asia dan Australia. Dari mata lembing itulah kelak timbul jenis senjata pendek atau senjata tikam, yang kemudian dikenal dengan nama keris. Alasan lainnya, lembing atau tombak yang tangkainya panjang tidak mudah dibawa ke mana-mana, sukar dibawa menyusup masuk hutan. Karena pada waktu itu tidak mudah orang mendapatkan bahan besi, mata tombak dilepas dan tangkainya sehingga menjadi senjata genggam. Lain lagi pendapat BARNET KEMPERS. Pada tahun 1954 ahli purbakala itu menduga bentuk prototipe keris merupakan perkembangan bentuk dari senjata penusuk pada zaman perunggu. kris yang hulunya berbentuk patung kecil yang menggambarkan manusia dan menyatu dengan bilahnya, oleh Barnet Kempers tidak dianggap sebagai barang yang luar biasa. Katanya, senjata tikam dari kebudayaan perunggu Dongson juga berbentuk mirip itu. Hulunya merupakan patung kecil yang menggambarkan manusia sedang berdiri sambil berkacak pinggang malangkerik, bahasa Jawa. Sedangkan senjata tikam kuno yang pernah ditemukan di Kalimantan, pada bagian hulunya juga distilir dari bentuk orang berkacak pinggang. Perkembangan bentuk dasar senjata tikam itu dapat dibandingkan dengan perkembangan bentuk senjata di Eropa Di benua itu, dulu, pedang juga distilir dari bentuk manusia dengan kedua tangan terentang lurus ke samping. Bentuk hulu pedang itu, setelah menyebarnya agama Kristen, dikembangkan menjadi bentuk yang serupa salib. Dalam kaitannya dengan bentuk keris di Indonesia, hulu yang berbentuk manusia yang distilir, ada yang berdiri, ada yang membungkuk, dan ada pula yang berjongkok. Bentuk ini serupa dengan patung megalitik yang ditemukan di Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dalam perkembangan kemudian, bentuk-bentuk itu makin distilir lagi dan kini menjadi bentuk hulu keris Di Pulau Jawa disebut deder, jejeran, atau ukiran dengan ragam hias cecek, patra gandul, patra ageng, umpak-umpak, dan sebagainya. Dalam sejarah budaya kita, patung atau arca orang berdiri dengan agak membungkuk oleh sebagian ahli di-artikan sebagai lambang orang coati. Sedangkan patung yang menggambarkan manusia dengan sikap sedang jongkok dengan kaki ditekuk, dianggap melambangkan kela-hiran, persalinan, kesuburan, atau kehidupan. Sama dengan sikap bayi atau janin dalam kandungan ibunya. Ada sebagian ahli bangsa Barat yang tidak yakin bahwa keris sudah dibuat di Indonesia sebelum abad ke-14 atau ke-15. Mereka mendasarkan teorinya pada kenyataan bahwa tidak ada gambar yang jelas pada relief candi-can-di yang dibangun sebelum abad ke-10. SIR THOMAS STAM-FORD RAFFLES dalam bukunya History of Java 1817 mengatakan bahwa tidak kurang dari 30 jenis senjata yang dimiliki dan digunakan oleh prajurit Jawa waktu itu termasuk senjata api, tetapi dari aneka ragam senjata itu, keris menempati kedudukan yang istimewa. Disebutkan dalam bukunya itu bahwa prajurit Jawa pada umumnya menyandang tiga buah sekaligus. tosan aji yang dikenakan di pinggang sebelah kiri berasal dari pem-berian mertua waktu pernikahan dalam budaya Jawa disebut kancing gelung. Keris yang dikenakan di pinggang kanan berasal dari pemberian orangtuanya sendiri. Selain itu berbagai tata cara dan etika dalam dunia perkerisan juga termuat dalam buku Raffles itu. Sayangnya dalam buku yang terkenal itu, penguasa Inggris itu tidak menyebut-nyebut tentang sejarah dan asal usul budaya keris. Sementara itu istilah `keris’ sudah dijumpai pada be-berapa prasasti kuno. Lempengan perunggu bertulis yang ditemukan di Karangtengah, berangka tahun 748 Saka, atau 842 Masehi, menyebut-nyebut beberapa jenis sesaji untuk menetapkan Poh sebagai daerah bebas pajak. Sesaji itu antara lain berupa kres, wangkiul, tewek punukan, wesi penghatap. Sedangkan wangkiul adalah sejenis tombak; tewek punukan adalah senjata bermata dua, semacam dwi-sula. Pada lukisan gambar timbul relief Candi Borobudur, Jawa Tengah, di sudut bawah bagian tenggara, tergambar beberapa orang prajurit yang membawa senjata tajam yang serupa dengan keris yang kita kenal sekarang. Di Candi Prambanan, Jawa Tengah, juga tergambar pada reliefnya, raksasa yang membawa senjata tikam yang serupa benar dengan keris. Di Candi Sewu, dekat Candi Prambanan, juga ada arca raksasa penjaga, yang menyelipkan sebilah senjata tajam, mirip keris. Sementara itu, edisi pertama dan kedua yang disusun oleh Prof. VAN DER Lint menyebutkan, sewaktu stupa induk Candi Borobudur, yang dibangun tahun 875 Masehi, itu dibongkar, ditemukan sebilah kris tua. Keris itu menyatu antara bilah dan hulunya. Tetapi bentuk itu tidak serupa dengan bentuk keris yang tergambar pada relief candi. Keris temuan ini kini tersimpan di Museum Ethnografi, Leiden, Belanda. Keterangan me-ngenai keris temuan itu ditulis oleh Dr. JUYNBOHL dalam Katalog • Kerajaan Belanda jilid V, tahun 1909. Di katalog itu dikatakan bahwa keris itu tergolong `keris Maja-pahit`, hulunya berbentuk patung orang, bilahnya sangat tua. Salah satu sisi bilah telah rusak. Keris, yang diberi nomor seri 1834 itu adalahpemberian HEYLIGERS, sekretaris kantor Residen Kedu, pada bulan Oktober 1845. Yang menjadi residennya pada waktu itu adalah Hartman. Ukuran panjang bilah keris temuan itu cm, panjang hulunya 20,2 cm, dan lebarnya 4,8 cm. Bentuknya lurus, tidak memakai luk. Mengenai keris ini, banyak yang menyangsikan apakah sejak awalnya memang telah diletakkan di tengah lubang stupa induk Candi Borobudur. Barnet Kempres sendiri menduga keris itu diletakkan oleh seseorang pada masa-masa kemudian, jauh hari setelah Candi borobudur selesai dibangun. Jadi bukan pada waktu pembangu-nannya. Ada pula yang menduga bahwa budaya ini sudah berkembang sejak menjelang tahun Masehi. Pendapat ini didasarkan atas laporan seeorang musafir Cina pada tahun 922 Masehi. Jadi laporan itu dibuat kira-kira zaman Kahuripan berkembang di tepian Kali Brantas, Jawa Timur. Menurut laporan itu, ada seseorang Maharaja Jawa menghadialikan kepada Kaisar Tiongkok “a short swords with hilts of rhinoceros horn or gold pedang pendek dengan hulu terbuat dari cula badak atau emas. Bisa jadi pedang pendek yang dimaksud dalam laporan itu adalah prototipe seperti yang tergambar pada relief Candi Borobudur clan Prambanan. Sebilah kerns yang ditandai dengan angka tahun pada bilahnya dtmiliki oleh seorang Belanda bernama Knaud cli Batavia pada zaman Belanda dulu. Pada bilah itu selain terdapat gambar timbul wayang, juga berangka tahun Saka 1264, atau 1324 Masehi. Jadi kira-kira sezaman dengan saat pembangunan Candi Penataran di dekat kota Blitar, Jawa Timur. Pada candi ini memang terdapat patung raksasa Kala yang menyandang kris pendek lurus. Gambar yang jelas mengenai keris dijumpai pada sebuah patung Siwa yang berasal dari zaman Kerajaan Singasari, pada abad ke-14. Digambarkan Dewa Siwa sedang memegang keris panjang di tangan kanannya. Jelas ini bukan tiruan patung Dewa Siwa dad India, karena di India tak pernah ditemui patung Siwa memegang kris. Patung itu kini tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Pada zaman-zaman berikutnya, makin banyak candi yang dibangun di Jawa Timur, yang memiliki gambaran keris pada dinding reliefnya. Misalnya pada Candi Jago atau Candi Jajagu, yang dibangun pada tahun 1268 Masehi. Di candi itu terdapat relief yang menggambarkan Pandawa tokoh wayang sedang bermain dadu. Punakawan yang dilukis di belakangnya digambarkan sedang membawa keris. Begitu pula pada candi yang terdapat di Tegalwangi, Pare, dekat Kediri, dan Candi Panataran. Pada kedua candi itu tergambar relief tokoh-tokoh yang memegang keris. Cerita mengenai keris yang lebih jelas dapat dibaca dari laporan seorang musafir Cina bernama Mn HUAN. Dalam laporannya Yingyai Sheng-lan di tahun 1416 Masehi, ia menuliskan pengalam-annya sewaktu mengunjungi Kerajaan Majapahit. Ketika itu ia datang bersama rombongan Laksa-mana Cheng-ho atas perin-tah Kaisar Yen Tsung dart dinasti Ming. Di Majapahit, Ma Huan menyaksikan bahwa hampir scmua lelaki di negeri itu memakai pulak, sejak masih kanak-kanak, bahkan sejak berumur tiga tahun. Yang disebut pulak oleh Ma Huan adalah semacam belati lurus atau berkelok-kelok. Jelas yang dimaksud adalah keris. Kata Ma Huan dalam laoparan itu These daggers have very thin stripes and within flowers and made of very best steel; the handle is of gold, rhinoceros, or ivory, cut into the shape of human or devil faces and finished carefully. Laporan ini membuktikan bahwa pada zaman itu telah dikenal teknik pembuatan senjata tikam dengan hiasan pamor dengan gambaran gads-garis amat tipis serta bunga-bunga keputihan. Senjata ini dibuat dengan baba berkualitas prima. Pegangannya, atau hulunya, terbuat dan emas, cula badak, atau gading. Tak pelak lagi, tentunya yang dimaksudkan Ma Huan dalam laporannya adalah keris yang kita kenal sekarang ini. Pusaka Keris Singo Pandawa Luk 5 Asli Sepuh Mataram 8 Gambar timbul mengenai cara pembuatan dapat disaksikan di Candi Sukuh, di lereng Gunung Lawu, di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada candra sengkala memet di candi itu terbaca angka tahun 1316 Saka atau 1439 Masehi. Cara pembuatan keris yang digambarkan di candi itu tidak jauh berbeda dengan cara pembuatan keris pada zaman sekarang, baik peralatan kerja, palu dan ububan, maupun hasil karyanya berupa keris, tombak, kudi, dan lain sebagainya. dunia keris

B7s4.
  • pn0zxca2s9.pages.dev/341
  • pn0zxca2s9.pages.dev/486
  • pn0zxca2s9.pages.dev/359
  • pn0zxca2s9.pages.dev/572
  • pn0zxca2s9.pages.dev/360
  • pn0zxca2s9.pages.dev/344
  • pn0zxca2s9.pages.dev/367
  • pn0zxca2s9.pages.dev/398
  • asal usul keris melati ronce